Serpihan
angin dalam ratusan detik, engkau menjelang satu titik di dalam Rumah aku yang
terbuat dari bambu. Rumah secara fisik adalah sebuah tempat untuk bersua
bersama keluarga, bercanda ria dalam setiap dinamika keluarga, berkumpul untuk
menghabiskan waktu bersama keluarga, terlindungi dalam setiap musim panas
maupun musim hujan yang melanda terhadap kita dan keluarga. Rumah merupakan
management waktu dalam berkeluarga, bertukar pemikiran dalam setiap ruang dan
lingkup.
Rumah
juga cocok untuk ditempati. Ketika Rumah itu nyaman dan jauh dari panasnya Api.
Karena Rumah juga manusia akan menghilangan beban berat hidupnya setiap usai
beraktifitas sehari-hari seperti halnya: capek, lesu, stress, sedih, maupun
kecewa.
Rumah
bukanlah hal yang baru yang kita ketahui bagi manusia. Rumah merupakan tempat
untuk dijadikan media untuk merenungkan apa yang telah kita perbuat. Rumah
menjadi bagian terpenting bagi setiap manusia. Sering sekali Rumah untuk
dijadikan tempat bercurhat, baik antar keluarga maupun antar tetangga meluapkan
pinta yang ada dalam permasalahan yang kita hadapi. Rumah kerap sekali dijadikan
untuk kita berdiskusi. Seperti halnya kita di sekolah maupun di tempat
perkulihan. Saya menyebutkan bahwa sekolah atau pun tempat perkulihan itu
adalah Rumah. Bukan tempat untuk mencari ilmu.
Seperti
halnya di daerah saya. Di daerah saya tempat sekolah maupun tempat perkulihan
kerap sekali tiap sore dibuat peristirahatan untuk para kaum penggembala
kambing. Jadi kambing-kambing itu dilepas ke sawah lalu si penggembala berteduh
disebuah ruangan sekolahan maupun perkuliahan. Kerena sekolah dan tempat kulia
di daerah saya dekat sekali dengan sawah.
Menurut
buku “NO VOLVERE”. “Rumah adalah Ruang semua rindu buat ayah, ibu, dan
saudara-saudaramu. Tempat kau melepas lelah sejenak setelah mengejar mimpi
seharin penuh. Rumah adalah satu-satunya tempat kau bisa melihat lebih dekat rupa
cinta itu. Rumah adalah tempat kau tak perlu berdusta atau khawatir diolok-olok
kerena menangis terlalu keras. Hampir semua makhluk di dunia ini punya rumah.
Ikan, burung-burung,bahkan tikus tanah sekalipun.”
Rumah
memberi arti religius dan sosiologis, lambang kebudayaan dalam kehidupan kita. Hubungan
antara fasyilah(kerabat), tetangga pun mempunyai arti filosofi dalam Rumah
jawa. Tentang Rumah, Rumah merupakan dimensi-dimensi akan asal kehidupan kita,
memberi pengayoman, memberi energi dan juga memberi tafsiran dalam berkeluarga.
Rumah Jawa mempunyai historisme maupun model akulturasi dari pelbagai rumah
yang besar. Ketika Jawa masih menjadi simbol transportasi dagang dan juga
kuasa.
Rumah
Kumuh.
Menurut
kamus KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kumuh diartikan sebagai kotor ataupun
cemar. Jadi, bukan padat, becek, ataupun yang lainnya. Tetapi justru kotornya
yang untuk dijadikan bahan ejekan, dan
menurut saya rumah kumuh justru sangat identik dengan lingkungan yang tidak steril
bersih ataupun tercemar. Dan juga banyaknya Negri ini yang mempunyi tempat
tinggal disebuah Rumah kumuh, dikarenakan gaya hidup manusia yang bermukim di Rumah
kumuh tergolong pengangguran dan bermalas-malasan. Dan pada dasarnya suatu permukiman Rumah
kumuh biasanya terjadi oleh para rakyat miskin. Dengan alasan membuat Rumah
sangat sesederhana mungkin. Dan tanpa menghabiskan berjuta-juta uang sebanyak
mungkin, entah itu Rumah berupa Rumah kardus, Rumah yang terbuat dengan bambu,
di pinggiran rel kereta api, sampai-sampai dikolong jembatan pun bisa juga
untuk dijadikan Rumah, dimana tempat peristirahatan para orang-orang yang tak mampu
membeli sebidang tanah, meskipun Rumah kumuh, namun suasana di dalamnya
mengandung sejuta keceriaan, keterbukaan, kejujuran, dan juga tanggung jawab
bersama.
Ada
pula orang membuat Rumah di atas pohon. Konon ceritanya Rumah tersebut dibuat
untuk menyendiri ketika dirinya mempunyai masalah yang sangat besar. Dan ada
juga pula isi dalam Rumah pohon tersebut dihiasi seperti layaknya Rumah-Rumah
pada umumnya. Seperti tempat untuk istirahat(kamar) ada juga kamar mandi dan
juga ruang tamu.
Horace
Burgess adalah salah satu pembangun Rumah pohon di wilayah Crossville
Tennessee, Amerika. Dia mengatakan Rumah pohon adalah untuk menginspirasikan
kepada setiap orang-orang yang suka berpetualangan.
Rumah
gubuk adalah tempat tinggal untuk sementara waktu, bagi untuk kalangan pekerja
sawah maupun Tambak, gubuk adalah sumber satu-satunya tempat untuk berteduh,
beristirahat, dan juga untuk melepas dahaga, meski bangunannya sesederhana
mungkin.
Struktural
Rumah Jawa.
Struktur
rumah jawa berbentuk limas. Ruangan-ruangannya pun mempunyai tekstur-tekstur
yang unik. yang dimana daerah-daerah lain tak mampu menandingi tekstur seperti
ini.
Rumah,
dalam imaginasi manusia jawa hadir dalam imaginasi dan diskursus eksistensi
serta kenyamanan. Revianto Budi Santoso (2009) menyebutkan, “Omah(rumah) adalah
nucleus yang akan membentuk ranah domestik yang lebih luas, yang di ikat
kedekatan spasial, jejaring aktifitas dan pemahaman makna bersama”.Rumah jadi
kode yang menghadirkan tafsir simiotik tentang identitas diri.”
Punahnya
Budaya Rumah Jawa.
Sayang
sekali. Rumah jawa kian hari kian punah. Tersapu oleh arsitektur-arsitektur
pada bangunan sekarang. Tanpa kita menyadari! hampir semua Rumah-Rumah Jawa
sudah tak mempunyai bangunan-bangunan khas seperti zaman doeloe lagi. Seperti
halnya di kampoeng saya. Di kampoeng saya sudah jarang sekali bangunan-bangunan
Rumah yang melambangkan ciri khas rumah Jawa. Para masyarakat di daerah saya
bangunan-bangunan Rumah di dominasi oleh Rumah-Rumah yang berbahan Baku, Semen dan Beton.
Menurut
Irvan Wijaya, Rumah diperkotaan lebih mementingkan fungsi dari pada nilai
estetika. Rumah-Rumah pada perkotaan lebih cenderung simple atau sederhana,
karena masyarakat-masyarakat perkotaan lebih mementingkan nilai fungsi, bahkan
perumahan di perkotaan semakin lama tergantikan oleh apartemen-apartemen.
Munawir
Aziz(2011) menyebutkan, “manusia Jawa kehilangan Rumah dalam fungsi fisik dan
subtansial: wong jawa ilang omahe(orang jawa hilang Rumahnya. Bagaimana nasib
Rumah Jawa sebagai identitas kultural? Bagaimana efek kehidupan manusia Jawa
setelah Rumah dihadirkan sebagai onggokan material yang kehilangan fungsi?
Orang Jawa tak akan kehilangan Rumah saat punya kesadaran ruang dan subtansi
hunia. Rumah jawa diburu dengan dalih menghadirkan pertanyaan, kenangan, dan kesaksian.”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar