Kamis, 04 Desember 2014

Pengertian Rumah dan Culture Jawa


Serpihan angin dalam ratusan detik, engkau menjelang satu titik di dalam Rumah aku yang terbuat dari bambu. Rumah secara fisik adalah sebuah tempat untuk bersua bersama keluarga, bercanda ria dalam setiap dinamika keluarga, berkumpul untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, terlindungi dalam setiap musim panas maupun musim hujan yang melanda terhadap kita dan keluarga. Rumah merupakan management waktu dalam berkeluarga, bertukar pemikiran dalam setiap ruang dan lingkup.
Rumah juga cocok untuk ditempati. Ketika Rumah itu nyaman dan jauh dari panasnya Api. Karena Rumah juga manusia akan menghilangan beban berat hidupnya setiap usai beraktifitas sehari-hari seperti halnya: capek, lesu, stress, sedih, maupun kecewa.
Rumah bukanlah hal yang baru yang kita ketahui bagi manusia. Rumah merupakan tempat untuk dijadikan media untuk merenungkan apa yang telah kita perbuat. Rumah menjadi bagian terpenting bagi setiap manusia. Sering sekali Rumah untuk dijadikan tempat bercurhat, baik antar keluarga maupun antar tetangga meluapkan pinta yang ada dalam permasalahan yang kita hadapi. Rumah kerap sekali dijadikan untuk kita berdiskusi. Seperti halnya kita di sekolah maupun di tempat perkulihan. Saya menyebutkan bahwa sekolah atau pun tempat perkulihan itu adalah Rumah. Bukan tempat untuk mencari ilmu.
Seperti halnya di daerah saya. Di daerah saya tempat sekolah maupun tempat perkulihan kerap sekali tiap sore dibuat peristirahatan untuk para kaum penggembala kambing. Jadi kambing-kambing itu dilepas ke sawah lalu si penggembala berteduh disebuah ruangan sekolahan maupun perkuliahan. Kerena sekolah dan tempat kulia di daerah saya dekat sekali dengan sawah.
Menurut buku “NO VOLVERE”. “Rumah adalah Ruang semua rindu buat ayah, ibu, dan saudara-saudaramu. Tempat kau melepas lelah sejenak setelah mengejar mimpi seharin penuh. Rumah adalah satu-satunya tempat kau bisa melihat lebih dekat rupa cinta itu. Rumah adalah tempat kau tak perlu berdusta atau khawatir diolok-olok kerena menangis terlalu keras. Hampir semua makhluk di dunia ini punya rumah. Ikan, burung-burung,bahkan tikus tanah sekalipun.”
Rumah memberi arti religius dan sosiologis, lambang kebudayaan dalam kehidupan kita. Hubungan antara fasyilah(kerabat), tetangga pun mempunyai arti filosofi dalam Rumah jawa. Tentang Rumah, Rumah merupakan dimensi-dimensi akan asal kehidupan kita, memberi pengayoman, memberi energi dan juga memberi tafsiran dalam berkeluarga. Rumah Jawa mempunyai historisme maupun model akulturasi dari pelbagai rumah yang besar. Ketika Jawa masih menjadi simbol transportasi dagang dan juga kuasa.
Rumah Kumuh.
Menurut kamus KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kumuh diartikan sebagai kotor ataupun cemar. Jadi, bukan padat, becek, ataupun yang lainnya. Tetapi justru kotornya yang untuk dijadikan bahan ejekan,  dan menurut saya rumah kumuh justru sangat identik dengan lingkungan yang tidak steril bersih ataupun tercemar. Dan juga banyaknya Negri ini yang mempunyi tempat tinggal disebuah Rumah kumuh, dikarenakan gaya hidup manusia yang bermukim di Rumah kumuh tergolong pengangguran dan bermalas-malasan.  Dan pada dasarnya suatu permukiman Rumah kumuh biasanya terjadi oleh para rakyat miskin. Dengan alasan membuat Rumah sangat sesederhana mungkin. Dan tanpa menghabiskan berjuta-juta uang sebanyak mungkin, entah itu Rumah berupa Rumah kardus, Rumah yang terbuat dengan bambu, di pinggiran rel kereta api, sampai-sampai dikolong jembatan pun bisa juga untuk dijadikan Rumah, dimana tempat peristirahatan para orang-orang yang tak mampu membeli sebidang tanah, meskipun Rumah kumuh, namun suasana di dalamnya mengandung sejuta keceriaan, keterbukaan, kejujuran, dan juga tanggung jawab bersama.
Ada pula orang membuat Rumah di atas pohon. Konon ceritanya Rumah tersebut dibuat untuk menyendiri ketika dirinya mempunyai masalah yang sangat besar. Dan ada juga pula isi dalam Rumah pohon tersebut dihiasi seperti layaknya Rumah-Rumah pada umumnya. Seperti tempat untuk istirahat(kamar) ada juga kamar mandi dan juga ruang tamu.
Horace Burgess adalah salah satu pembangun Rumah pohon di wilayah Crossville Tennessee, Amerika. Dia mengatakan Rumah pohon adalah untuk menginspirasikan kepada setiap orang-orang yang suka berpetualangan.
Rumah gubuk adalah tempat tinggal untuk sementara waktu, bagi untuk kalangan pekerja sawah maupun Tambak, gubuk adalah sumber satu-satunya tempat untuk berteduh, beristirahat, dan juga untuk melepas dahaga, meski bangunannya sesederhana mungkin. 
Struktural Rumah Jawa.
Struktur rumah jawa berbentuk limas. Ruangan-ruangannya pun mempunyai tekstur-tekstur yang unik. yang dimana daerah-daerah lain tak mampu menandingi tekstur seperti ini.
Rumah, dalam imaginasi manusia jawa hadir dalam imaginasi dan diskursus eksistensi serta kenyamanan. Revianto Budi Santoso (2009) menyebutkan, “Omah(rumah) adalah nucleus yang akan membentuk ranah domestik yang lebih luas, yang di ikat kedekatan spasial, jejaring aktifitas dan pemahaman makna bersama”.Rumah jadi kode yang menghadirkan tafsir simiotik tentang identitas diri.”
Punahnya Budaya Rumah Jawa.
Sayang sekali. Rumah jawa kian hari kian punah. Tersapu oleh arsitektur-arsitektur pada bangunan sekarang. Tanpa kita menyadari! hampir semua Rumah-Rumah Jawa sudah tak mempunyai bangunan-bangunan khas seperti zaman doeloe lagi. Seperti halnya di kampoeng saya. Di kampoeng saya sudah jarang sekali bangunan-bangunan Rumah yang melambangkan ciri khas rumah Jawa. Para masyarakat di daerah saya bangunan-bangunan Rumah di dominasi oleh Rumah-Rumah yang berbahan Baku,  Semen dan Beton.
Menurut Irvan Wijaya, Rumah diperkotaan lebih mementingkan fungsi dari pada nilai estetika. Rumah-Rumah pada perkotaan lebih cenderung simple atau sederhana, karena masyarakat-masyarakat perkotaan lebih mementingkan nilai fungsi, bahkan perumahan di perkotaan semakin lama tergantikan oleh apartemen-apartemen.
Munawir Aziz(2011) menyebutkan, “manusia Jawa kehilangan Rumah dalam fungsi fisik dan subtansial: wong jawa ilang omahe(orang jawa hilang Rumahnya. Bagaimana nasib Rumah Jawa sebagai identitas kultural? Bagaimana efek kehidupan manusia Jawa setelah Rumah dihadirkan sebagai onggokan material yang kehilangan fungsi? Orang Jawa tak akan kehilangan Rumah saat punya kesadaran ruang dan subtansi hunia. Rumah jawa diburu dengan dalih menghadirkan pertanyaan, kenangan, dan kesaksian.”) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar